My Short Trip to Sangiran
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Perjalanan Singkat dari Jogja menuju
Sangiran
Perjalanan
ini tercetus ketika salah seorang teman mengajak jalan-jalan ke Museum
Purbakala Sangiran. Tanpa berpikir
panjang, aku pun mengiyakannya mengingat kuliah masih libur. Memang dari kami bertiga
belum ada yang pernah ke Museum Sangiran. Segera kami mencari referensi di
internet mengenai berbagai informasi terkait perjalanan ini.
Perjalanan dimulai dari
stasiun Yogyakarta atau biasa disebut stasiun Tugu. Bertiga, kami memarkirkan
kendaraan di stasiun kemudian menuju loket KRL untuk membeli Kartu Multi Trip
atau KMT seharga Rp30.000 yang sudah berisi saldo senilai Rp10.000. Karena
dirasa kurang, kami membeli saldo senilai Rp20.000. Memang sebelumnya kami
belum memiliki KMT sehingga kami memutuskan untuk membelinya. Kami menumpangi
KRL dengan tujuan Stasiun Solo Balapan sekitar pukul 08.13 WIB. Ketika kami
masuk memang sudah penuh sehingga dari kami bertiga hanya satu yang mendapat
tempat duduk.
Sekitar 1,5 jam-an, kami tiba di Stasiun Solo Balapan. Kami pun berjalan melalui Sky Bridge yang langsung menghubungkan stasiun dengan terminal Tirtonadi. Dengan sedikit rasa bingung, sesampainya di Terminal Tirtonadi kami diberitahu bahwa bus yang akan ke Sangiran, yaitu bus warna merah. Yup, bus tersebut ialah Trans Jateng. Dengan biaya Rp4.000, kami akhirnya tiba di Terminal Sangiran, yang juga merupakan tempat parkir bagi pengunjung museum ini. Untuk sampai ke pintu masuk museumnya, terdapat ‘Armada Sangiran’ atau kendaraan pick-up yang akan mengantarkan pengunjung dengan tarif per orang Rp3.000. jika tidak ingin mengeluarkan rupiah, bisa saja berjalan kaki karena tidak terlalu jauh, tetapi jalanan lumayan menanjak.
Akhirnya, sampai juga kami di depan pintu masuk Sangiran. Saat itu lumayan sepi entah kenapa. Tanpa berlama-lama, kami membayar tiket masuk seharga Rp8.000 per orang. Kami pun mulai berkeliling untuk melihat koleksi dari museum ini. Museum ini memiliki banyak koleksi terkait manusia purba karena memang seperti yang kalian tahu, “Museum Purbakala Sangiran”. Banyak sekali ilmu yang bakal didapat jika kalian membaca dan mengamati berbagai ha yang disajikan museum ini. Museum ini terbagi menjadi beberapa display, namun aku sedikit lupa untuk detailnya. Pengunjung juga bisa berfoto di museum ini, ada beberapa spot menarik seperti jembatan yang berbentuk rangka.
Singkatnya, kami sudah
selesai di Museum Sangiran dan memutuskan untuk makan siang dan sholat kemudian
berjalan ke Terminal Sangiran. Tak lama,
bus Trans Jateng ke arah Terminal Tirtonadi pun tiba. Karena masih memiliki
banyak waktu, sesampainya di terminal, kami berjalan lagi melalui Sky Bridge
menuju Stasiun Balapan. Tiba di lobi stasiun, kami memesan gocar untuk
menuju Benteng Vastenburg yang sebelumnya belum pernah kami kunjungi. Akan
tetapi, mobil gocar yang kami tumpangi macet yang membuat kami bertiga
kaget sehingga perlu didorong. Bukan kami yang mendorong, tetapi beberapa
pemuda dan bapak-bapak yang ada di sekitar stasiun, sedangkan kami turun.
Keluar dari stasiun, sekitar dua ratus meter, mobil pun macet lagi. Driver
pun memutuskan untuk menyelesaikan pesanan gocar kami dan mengembalikan
uang, serta menyuruh kami memesan gocar lain karena khawatir kami tidak
nyaman. Tentunya, karena memang kami tidak dirugikan, kami tetap memberikan
bintang lima pada driver.
Kami pun turun kemudian
memesan gocar lainnya. Kami pun menuju Benteng Vastenburg dengan tidak
sabar. Entah kenapa, karena kami juga tidak tahu dimana letak benteng itu, dan
bapak gocar juga bingung, alhasil kami malah turun di suatu jalan yang
kami tidak tahu namanya (tapi sepertinya alun-alun). Kami pun berjalan kaki
dengan bantuan Google Maps hingga sampai di
Beteng Trade Center atau BTC. Kami mampir sholat serta membeli kudapan di
Wisata Kuliner Galabo. Setelah puas, kami berjalan kaki dengan agak bingung ke
arah yang mendekati Stasiun Balapan. dan ternyata kami melewati area parkir
Benteng Vastenburg. Ternyata memang dekat, hanya kami yang kurang mengerti
lokasinya. Akan tetapi, karena sudah mulai lelah, kami memutuskan untuk tidak
ke Benteng Vastenburg.
Kami pun berjalan
hingga sampai di Pasar Gede. Merasa lapar setelah berjalan, kami sempatkan
untuk makan di Pasar Gede dan menemukan warung makan yang menghadap Pasar Gede.
Memesan es teh dan indomie (yang lain memesan nasi goreng dan nasi ayam geprek)
kami berbincang hingga turun hujan. Lumayan deras tapi tidak lama. Setelah
lumayan lama menunggu makanan siap, kami selesai dan langsung memesan grabcar
menuju Stasiun Solo Balapan karena jadwal KRL terakhir yaitu pukul enam lebih
sedikit dan kami hanya memiliki sedikit waktu.
Untungnya,
keberuntungan masih berpihak. Kami masih sempat naik KRL meskipun sudah mepet
dan tentu kami harus berdiri. Kami hanya sempat duduk saat kereta sudah di
stasiun Lempuyangan (yang mana sangat dekat dengan stasiun terakhir, Stasiun
Yogyakarta). Kaki terasa pegal setelah seharian berjalan dan harus berdiri
lumayan lama, tetapi kami memperoleh pengalaman yang sepadan. Kami tiba di
Stasiun Yogyakarta sekitar pukul tujuh malam lebih, bergegas menuju parkiran
motor dan mengakhiri perjalanan ini dengan rasa capek tapi bahagia. Singkat
tapi berkesan. (29 Desember 2021)
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar